PENDIDIKAN
TINGKAT DASAR (IBTIDA’I)
DI
NEGARA MESIR
Makalah
Ini Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu : Suyadi, M. Pd. I

Disusun Oleh :
Befika Fitriya Dewi (10410058)
VI
/ PAI D
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Oleh sebab itu,
pendidikan dijadikan sesuatu yang mutlak harus ada dan dipenuhi dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sistem pendidikan yang berlangsung
baik maka akan melahirkan generasi yang baik pula sehingga secara tidak
langsung akan membentuk bangsa dan negara yang lebih maju.
Sebagian besar negara
menyelenggarakan pendidikan sebagai wujud upaya dalam perbaikan dan pembangunan
bangsa. Salah satu negara yang fokus
pada sektor pendidikan untuk memajukan negaranya adalah Negara Mesir. Negara
Mesir yang terletak di bagian timur laut benua afrika ini, memiliki sistem
pendidikan secara keseluruhan terbesar di Timur Tengah dan telah berkembang
dengan pesat sejak awal 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Mesir
telah diberikan prioritas yang lebih besar dalam memperbaiki sistem pendidikan.
Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Mesir menempati peringkat 116 di IPM.[1]
Berdasarkan
hal tersebut, pendidikan di Mesir merupakan salah satu pendidikan yang baik dan
layak untuk diikuti jejaknya baik pada tujuan pendidikan, kurikulum, metode,
maupun evaluasinya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah sejarah pendidikan di
Mesir?
2.
Bagaimanakah tujuan, kurikulum, metode
dan evaluasi pendidikan tingkat dasar di Mesir?
C. Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui sejarah pendidikan di Mesir.
2.
Mengetahui tujuan, kurikulum, metode dan
evaluasi pendidikan tingkat dasar di Mesir.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendidikan di Negara Mesir
Egypt berasal dari kata Yunani Aigyptos yang diturunkan dari kata Kuftain putra Mizrain cucu Nabi Nuh yang
tinggal di Lembah Nil yang kemudian memberikan namanya untuk kota tua Quft atau guft bersebelahan dengan kota Thebes.
Orang arab menyebutnya Dar al Qibt, yakni
Qibt merupakan kependekan dari Aigypttos. Egypt selanjutnya dikenal sebagai Mishra tau Mesir.[2]
Mesir
ditakhlukkan oleh Amr ibn Ash pada tahun 639 H di bawah komando khalifah kedua,
Umar ibn al-Khattab. Sejak itulah Islam masuk dan berkembang di Mesir. Setelah
Baghdad sebagai pusat Dunia Islam diserang oleh Khulaqu pada tahun 1258 M,
ibukota Dunia Islam pindah ke Kairo, Mesir. Begitu pula dengan lembaga pendidikannya,
yang semula Bait al Hikmah berada di Baghdad sebagai lembaga pendidikan
internasional berpindah ke Al Azhar di Mesir.
Al Azhar
didirikan oleh Jauhar al Shiqili, seorang panglima khalifah Fathimiyah al Mu’iz
Lidinillah. Sejak masa pemerintahan dinasti Fathimiyah, Mesir khususnya
Kairo menjadi pusat intelektual Muslim
dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan pendidikan biasanya banyak dilakukan di
masjid-masjid maupun tempat-tempat keramaian.[3]
Keterbukaan pada
pemikiran filsafat Yunani membawa pencapaian ilmiah yang tertinggi di bawah
pemerintahan dinasti Fatimiyah. Mereka mengembangkan sebuah risalah yaitu Risalah Ikhwanus shafa, yang bertujuan
untuk memperlihatkan bagaimana cara memperoleh kebahagiaan di dunia dan masa
yang akan datang.[4]
Sejarah
modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam.
Akan tetapi secara historis kesadaran pembaharuan Islam berawal dari datangnya
Napoleon Bonaparte di Alexandria pada tahun 1798. Perjalanan Napoleon ke Mesir membawa sebuah harapan
dan perubahan bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama menyangkut
pembaharuan dan modernisasi pendidikan di sana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi Perancis banyak memberikan inspirasi bagi tokoh pendidikan mesir
untuk melakukan perubahan yang mendasar pada system dan kurikulum pendidikan.
B. Sistem Pendidikan Ibtida’i di
Negara Mesir
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua
struktur parallel : struktur sekuler dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur
sekuler diatur oleh Kementrian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh
kementrian Agama di negara-negara lain. Selain dari kedua struktur ini, ada
pula jenis sekolah yang diikuti sejumlah kecil anak-anak. Misalnya, anak cacat
masuk ke sekolah-sekolah khusus, bagi yang ingin menjadi militer masuk ke
sekolah militer, dan ada pula generasi muda yang meninggalkan sekolahnya dan mendaftar
pada program-program nonformal yang diselenggarakan oleh berbagai badan atau
lembaga.
Modernisasi pendidikan
terus dilakukan oleh Mesir. Berbagai peraturan dan perundang-undangan dibuat
untuk mengintegrasikan jenis dan sistem persekolahan yang semula otonom menjadi
sistem pendidikan nasional. Sistem persekolahan mengikuti pola 5-3-3-4, yakni 5
tahun di sekolah dasar, 3 tahun di sekolah persiapan, 3 tahun di sekolah
menengah, dan 4 tahun di Universitas. Usia wajib belajar berlaku pada pendidikan
dasar 5 tahun, dari usia 6-11 tahun. Pada jenjang ini mereka dibebaskan dalam
pembayaran, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Untuk mengakhiri sekolah
dasar ini tidak melalui ujian, kecuali dalam rangka masuk ke jenjang berikutnya.
Namun apabila mereka tidak lulus pada jenjang tertentu maka mereka harus
mengulang pada grade tersebut dan menambah waktu belajarnya.[5]
Tujuan
dari pendidikan Dasar di Mesir antara lain:[6]
1.
Menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir
dalam menghadapi tantangan terbarukan selain memungkinkan mereka untuk memahami
dimensi religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka.
2.
Memberikan penguasaan keterampilan
ilmiah dasar, dengan penekanan khusus pada keterampilan membaca, menulis,
berhitung, dan disiplin ilmu-ilmu masa depan (sains, matematika, dan bahasa)
3.
Memberikan pengetahuan dasar penting
tentang kesehatan, gizi, lingkungan, dan isu-isu pembangunan yang terkait.
4.
Menyiapkan dan membantu warga untuk
mengembangkan kemampuan analisis, berpikir kritis, keterampilan ilmiah, dan
keterampilan pemecahan masalah yang dapat memungkinkan mereka untuk merespon
tuntutan terus-menerus dan menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Di Mesir,
kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan,
supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang
berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau
kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala
keputusan dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia
diserahkan kepada Dewan Pendidikan Pra Universitas yang secara resmi
mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat
diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal
khusus.
Garis besar kurikulum
ditentukan sebuah tim kecil mirip dengan tim yang diterangkan diatas dibentuk
untuk menulis buku teks. Buku tes menurut kurikulum tidak persis sama dengan
kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh faktor seperti
kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas
guru bertentangan dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, kebanyakan
pengajaran masih berorientasi verbal.
Materi pelajaran disiapkan
oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua
jurusan para akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran. Pada umumnya sekolah
dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang luas dalam memilih materi
pelajaran.
Pembelajaran di negara Mesir di mulai pada
bulan September sampai Agustus, dan untuk waktu belajar di Mesir di mulai dari
jam 09.00-15.00. Sedangkan untuk mata pelajaran yang diajarkan di Mesir grade 1
sampai grade 3 adalah bahasa Arab, Matematika, Seni, Olah raga, Al Quran,
agama, Khot, Imla’, Insya. Untuk grade 4-5 mata pelajarannya seperti pada grade
1-3 akan tetapi ditambah dengan pelajaran biologi, sejarah, dan bahasa Inggris.
Hari sekolahnya di Mesir yaitu Hari Minggu sampai Hari Kamis, dan di pendidikan dasar di Mesir kegiatan ekstrakurikuler
tidak ada.
Penilaian di Mesir secara umum dalam setiap tingkat
ditentukan oleh Departemen Pendidikan dimana masing-masing pelajaran mempunyai
nilai banding tersendiri. Jika dalam penilaian kita seorang siswa mendapat 80
dan nilai banding di kita adalah 100 maka ini berarti 80 per 100. Begitu juga
di Mesir, tetapi masing-masing pelajaran mempunyai nilai banding tersendiri.[7]
Evaluasi pendidikan dasar yang ada di negara Mesir untuk naik ke grade
selanjutnya penilaian tidak berasal dari kegiatan sehari- hari dan sikap seperti di Indonesia. Akan tetapi penilaian
berasal dari ujian semester, soal yang diberikan berasal dari pemerintah pusat
dan menggunakan soal Essay. Sistem pengkoreksian di Mesir cukup baik dan murni
karena pada lembar jawaban siswa tidak dicantumkan nama siswanya hanya ada nomor peserta ujian.
BAB
III
PENUTUP
Sejarah pendidikan di mesir
ditandai dengan kedatangan Napoleon Bonaparte menguasai Mesir sejak tahun 1798
M. Kehadiran Napoleon Bonaparte di samping membawa pasukan yang kuat, juga
membawa para ilmuwan dengan seperangkat peralatan ilmiah untuk mengadakan penelitian.
Itulah awal dari sebuah perkembangan pendidikan di Negara Mesir.
Tujuan
pendidikan dasar di Mesir yaitu untuk menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir
dalam menghadapi tantangan terbarukan, untuk memahami dimensi religius,
nasional, dan budaya dari identitas mereka. Memberikan penguasaan keterampilan
ilmiah dasar, dengan penekanan khusus pada keterampilan membaca, menulis,
berhitung, dan disiplin ilmu-ilmu masa depan (sains, matematika, dan bahasa). Memberikan
pengetahuan dasar penting tentang kesehatan, gizi, lingkungan, dan isu-isu
pembangunan yang terkait. Menyiapkan dan membantu warga untuk mengembangkan
kemampuan analisis, berpikir kritis, keterampilan ilmiah, dan keterampilan
pemecahan masalah yang dapat memungkinkan mereka untuk merespon tuntutan
terus-menerus dan menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Assegaf, Abdurrachman & Suyadi. 2008. Pendidikan Islam Madzab Kritis. Yogyakarta: Gama Media
Assegaf, Abdurrachman. 2003. Internasionalisasi
Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media
Baher M. Rasyid, Sistem Pendidikan di Mesir, http://s1c.tripod.com/masic15.htm,
diakses
pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 12.55
Dharwanto, Perbandingan
Pendidikan di Mesir dan di Indonesia, http://dharwanto.
blogspot.com/2011/12/perbandingan-pendidikan-di-mesir-dan-di.html, diakses
pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 13.20
Education in
Egypt. http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Egypt.
diakses pada tanggal 11 Maret 2013 pukul 21.51
Hasan, Chalidjah. 1995. Kajian Pendidikan Perbandingan. Surabaya: Al Ikhlas
Junus, Mahmud. 1968. Perbandingan Pendidikan Modern di Negara Islam dan Intisari Pendidikan
Barat. Jakarta: Al Hidayah
Maunah, Binti. 2011. Perbandingan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Syadid, Muhammad. 2001. Konsep Pendidikan dalam Al Qur’an. Jakarta: Penebar Salam
[1]Education
in Egypt, http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Egypt,
diakses pada tanggal 11 Maret 2013 pukul 21.51
[2] Abdurrachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, (Yogyakarta:
Gama Media, 2003), hal 57
[3] Muhammad Syadid, Konsep Pendidikan dalam Al Qur’an, (Jakarta:
Penebar Salam, 2001), hal 37
[4] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Teras, 2011), hal 87
[6] Dharwanto, Perbandingan Pendidikan di Mesir dan di Indonesia, http://dharwanto.
blogspot.com/2011/12/perbandingan-pendidikan-di-mesir-dan-di.html, diakses
pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 13.20
[7] Baher M. Rasyid, Sistem Pendidikan
di Mesir, http://s1c.tripod.com/masic15.htm,
diakses pada
tanggal 7 Maret 2013 pukul 12.55

