Cibeb_Vich@


PENDIDIKAN TINGKAT DASAR (IBTIDA’I)
DI NEGARA MESIR

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu : Suyadi, M. Pd. I



Disusun Oleh :
Befika Fitriya Dewi  (10410058)
VI / PAI D


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Oleh sebab itu, pendidikan dijadikan sesuatu yang mutlak harus ada dan dipenuhi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sistem pendidikan yang berlangsung baik maka akan melahirkan generasi yang baik pula sehingga secara tidak langsung akan membentuk bangsa dan negara yang lebih maju.
Sebagian besar negara menyelenggarakan pendidikan sebagai wujud upaya dalam perbaikan dan pembangunan bangsa. Salah satu negara yang fokus pada sektor pendidikan untuk memajukan negaranya adalah Negara Mesir. Negara Mesir yang terletak di bagian timur laut benua afrika ini, memiliki sistem pendidikan secara keseluruhan terbesar di Timur Tengah dan telah berkembang dengan pesat sejak awal 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Mesir telah diberikan prioritas yang lebih besar dalam memperbaiki sistem pendidikan. Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Mesir menempati peringkat 116 di IPM.[1]
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan di Mesir merupakan salah satu pendidikan yang baik dan layak untuk diikuti jejaknya baik pada tujuan pendidikan, kurikulum, metode, maupun evaluasinya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sejarah pendidikan di Mesir?
2.      Bagaimanakah tujuan, kurikulum, metode dan evaluasi pendidikan tingkat dasar di Mesir?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui sejarah pendidikan di Mesir.
2.      Mengetahui tujuan, kurikulum, metode dan evaluasi pendidikan tingkat dasar di Mesir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Sejarah Pendidikan di Negara Mesir
Egypt berasal dari kata Yunani Aigyptos yang diturunkan dari kata Kuftain putra Mizrain cucu Nabi Nuh yang tinggal di Lembah Nil yang kemudian memberikan namanya untuk kota tua Quft atau guft bersebelahan dengan kota Thebes. Orang arab menyebutnya Dar al Qibt, yakni Qibt merupakan kependekan dari Aigypttos. Egypt selanjutnya dikenal sebagai Mishra tau Mesir.[2]
Mesir ditakhlukkan oleh Amr ibn Ash pada tahun 639 H di bawah komando khalifah kedua, Umar ibn al-Khattab. Sejak itulah Islam masuk dan berkembang di Mesir. Setelah Baghdad sebagai pusat Dunia Islam diserang oleh Khulaqu pada tahun 1258 M, ibukota Dunia Islam pindah ke Kairo, Mesir. Begitu pula dengan lembaga pendidikannya, yang semula Bait al Hikmah berada di Baghdad sebagai lembaga pendidikan internasional berpindah ke Al Azhar di Mesir.
Al Azhar didirikan oleh Jauhar al Shiqili, seorang panglima khalifah Fathimiyah al Mu’iz Lidinillah. Sejak masa pemerintahan dinasti Fathimiyah, Mesir khususnya Kairo  menjadi pusat intelektual Muslim dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan pendidikan biasanya banyak dilakukan di masjid-masjid maupun tempat-tempat keramaian.[3]
Keterbukaan pada pemikiran filsafat Yunani membawa pencapaian ilmiah yang tertinggi di bawah pemerintahan dinasti Fatimiyah. Mereka mengembangkan sebuah risalah yaitu Risalah Ikhwanus shafa, yang bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana cara memperoleh kebahagiaan di dunia dan masa yang akan datang.[4]
Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. Akan tetapi secara historis kesadaran pembaharuan Islam berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria pada tahun 1798. Perjalanan Napoleon ke Mesir membawa sebuah harapan dan perubahan bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama menyangkut pembaharuan dan modernisasi pendidikan di sana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak memberikan inspirasi bagi tokoh pendidikan mesir untuk melakukan perubahan yang mendasar pada system dan kurikulum pendidikan.

B.       Sistem Pendidikan Ibtida’i di Negara Mesir
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel : struktur sekuler dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementrian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh kementrian Agama di negara-negara lain. Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang diikuti sejumlah kecil anak-anak. Misalnya, anak cacat masuk ke sekolah-sekolah khusus, bagi yang ingin menjadi  militer masuk ke sekolah militer, dan ada pula generasi muda yang meninggalkan sekolahnya dan mendaftar pada program-program nonformal yang diselenggarakan oleh berbagai badan atau lembaga.
Modernisasi pendidikan terus dilakukan oleh Mesir. Berbagai peraturan dan perundang-undangan dibuat untuk mengintegrasikan jenis dan sistem persekolahan yang semula otonom menjadi sistem pendidikan nasional. Sistem persekolahan mengikuti pola 5-3-3-4, yakni 5 tahun di sekolah dasar, 3 tahun di sekolah persiapan, 3 tahun di sekolah menengah, dan 4 tahun di Universitas. Usia wajib belajar berlaku pada pendidikan dasar 5 tahun, dari usia 6-11 tahun. Pada jenjang ini mereka dibebaskan dalam pembayaran, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Untuk mengakhiri sekolah dasar ini tidak melalui ujian, kecuali dalam rangka masuk ke jenjang berikutnya. Namun apabila mereka tidak lulus pada jenjang tertentu maka mereka harus mengulang pada grade tersebut dan menambah waktu belajarnya.[5]

Tujuan dari pendidikan Dasar di Mesir antara lain:[6]
1.        Menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir dalam menghadapi tantangan terbarukan selain memungkinkan mereka untuk memahami dimensi religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka.
2.      Memberikan penguasaan keterampilan ilmiah dasar, dengan penekanan khusus pada keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu-ilmu masa depan (sains, matematika, dan bahasa)
3.      Memberikan pengetahuan dasar penting tentang kesehatan, gizi, lingkungan, dan isu-isu pembangunan yang terkait.
4.      Menyiapkan dan membantu warga untuk mengembangkan kemampuan analisis, berpikir kritis, keterampilan ilmiah, dan keterampilan pemecahan masalah yang dapat memungkinkan mereka untuk merespon tuntutan terus-menerus dan menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Pra Universitas yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.
Garis besar kurikulum ditentukan sebuah tim kecil mirip dengan tim yang diterangkan diatas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku tes menurut kurikulum tidak persis sama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru bertentangan dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran masih berorientasi verbal.
Materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan para akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran. Pada umumnya sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang luas dalam memilih materi pelajaran.
Pembelajaran di negara Mesir di mulai pada bulan September sampai Agustus, dan untuk waktu belajar di Mesir di mulai dari jam 09.00-15.00. Sedangkan untuk mata pelajaran yang diajarkan di Mesir grade 1 sampai grade 3 adalah bahasa Arab, Matematika, Seni, Olah raga, Al Quran, agama, Khot, Imla’, Insya. Untuk grade 4-5 mata pelajarannya seperti pada grade 1-3 akan tetapi ditambah dengan pelajaran biologi, sejarah, dan bahasa Inggris. Hari sekolahnya di Mesir yaitu Hari Minggu sampai Hari Kamis, dan di pendidikan dasar di Mesir kegiatan ekstrakurikuler tidak ada.
Penilaian di Mesir secara umum dalam setiap tingkat ditentukan oleh Departemen Pendidikan dimana masing-masing pelajaran mempunyai nilai banding tersendiri. Jika dalam penilaian kita seorang siswa mendapat 80 dan nilai banding di kita adalah 100 maka ini berarti 80 per 100. Begitu juga di Mesir, tetapi masing-masing pelajaran mempunyai nilai banding tersendiri.[7] Evaluasi pendidikan dasar yang ada di negara Mesir untuk naik ke grade selanjutnya penilaian tidak berasal dari kegiatan sehari- hari dan sikap seperti di Indonesia. Akan tetapi penilaian berasal dari ujian semester, soal yang diberikan berasal dari pemerintah pusat dan menggunakan soal Essay. Sistem pengkoreksian di Mesir cukup baik dan murni karena pada lembar jawaban siswa tidak dicantumkan nama siswanya hanya ada nomor peserta ujian.



BAB III
PENUTUP
Sejarah pendidikan di mesir ditandai dengan kedatangan Napoleon Bonaparte menguasai Mesir sejak tahun 1798 M. Kehadiran Napoleon Bonaparte di samping membawa pasukan yang kuat, juga membawa para ilmuwan dengan seperangkat peralatan ilmiah untuk mengadakan penelitian. Itulah awal dari sebuah perkembangan pendidikan di Negara Mesir.
Tujuan pendidikan dasar di Mesir yaitu untuk menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir dalam menghadapi tantangan terbarukan, untuk memahami dimensi religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka. Memberikan penguasaan keterampilan ilmiah dasar, dengan penekanan khusus pada keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu-ilmu masa depan (sains, matematika, dan bahasa). Memberikan pengetahuan dasar penting tentang kesehatan, gizi, lingkungan, dan isu-isu pembangunan yang terkait. Menyiapkan dan membantu warga untuk mengembangkan kemampuan analisis, berpikir kritis, keterampilan ilmiah, dan keterampilan pemecahan masalah yang dapat memungkinkan mereka untuk merespon tuntutan terus-menerus dan menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.









DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abdurrachman & Suyadi. 2008. Pendidikan Islam Madzab Kritis. Yogyakarta: Gama Media
Assegaf, Abdurrachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media
Baher M. Rasyid, Sistem Pendidikan di Mesir, http://s1c.tripod.com/masic15.htm, diakses pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 12.55
Dharwanto, Perbandingan Pendidikan di Mesir dan di Indonesia, http://dharwanto. blogspot.com/2011/12/perbandingan-pendidikan-di-mesir-dan-di.html, diakses pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 13.20
Education in Egypt.  http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Egypt. diakses pada tanggal 11 Maret 2013 pukul 21.51
Hasan, Chalidjah. 1995. Kajian Pendidikan Perbandingan. Surabaya: Al Ikhlas
Junus, Mahmud. 1968. Perbandingan Pendidikan Modern di Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat. Jakarta: Al Hidayah
Maunah, Binti. 2011. Perbandingan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Syadid, Muhammad. 2001. Konsep Pendidikan dalam Al Qur’an. Jakarta: Penebar Salam


[1]Education in Egypt,  http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Egypt, diakses pada tanggal 11 Maret 2013 pukul 21.51
[2] Abdurrachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal 57
[3] Muhammad Syadid, Konsep Pendidikan dalam Al Qur’an, (Jakarta: Penebar Salam, 2001), hal 37
[4] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal 87
[5] Abdurrachman Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal 62
[6] Dharwanto, Perbandingan Pendidikan di Mesir dan di Indonesia, http://dharwanto. blogspot.com/2011/12/perbandingan-pendidikan-di-mesir-dan-di.html, diakses pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 13.20
[7] Baher M. Rasyid, Sistem Pendidikan di Mesir, http://s1c.tripod.com/masic15.htm, diakses pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 12.55
Cibeb_Vich@

SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri manusia itu sendiri serta selain itu pendidikan juga merupakan proses pembentukan pribadi dan karakter manusia. Kemudian, pada satu fokus yang lebih khusus yaitu pendidikan formal, manusia diberikan dasar-dasar pengetahuan sebagai pegangan dalam menjalani hidup dan menghadapi kenyataan hidup dimana didalam pendidikan formal dalam hal ini adalah sekolah menjadi suatu jenjang yang mungkin memang sudah selayaknya dilalui dalam proses kehidupan manusia. Kemudian dalam pendidikan sekolah itu, manusia juga selain melatih kedewasaan juga mengasah intelektualitasnya dan kompetensinya dalam tanggung jawab dan kesadaran.
Seperti telah dituliskan sebelumnya, pada dunia sekolah, manusia dilatih intelektualitasnya dengan pengetahuan dan ilmu-ilmu yang diajarkan dalam proses pendidikannya pada jenjang-jenjang yang telah ada dan diatur. Untuk itu, pada pendidikan sekolah sangat diperlukan adanya perencanaan dalam pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Perencanaan yang dimaksud adalah kurikulum pendidikan atau sekolah yang di dalamnya terdapat standar-standar pembelajaran dan pengembangan intelektualitas manusia. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di atas,maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi pendidikan itu.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Supervisi Pendidikan
Dilihat secara etimologis “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang masing-masing kata tersebut berarti atas dan  penglihatan. Jadi secara etimologis supervisi berarti penglihatan dari atas. Hal tersebut sebagai suatu penggambaran posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi daripada yang dibawah.[1] Sedangkan dilihat dari arti semantik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan pada mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
Beberapa pendapat pakar tentang pengertian supervisi antara lain [2]:
1.      Menurut Purwanto (1987) Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
2.      Sedangkan menurut Sutisna (1987), Supervisi ialah suatu bentuk pelayanan, bantuan provisional, atau bimbingan bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan kemampunan guru hendaknya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
3.      Menurut Kimball Wiles, (Bafadal . . . .), Supervisi pendidikan itu adalah serangkaian kegiatan membantu kepala sekolah mengembangkan kemampuannya mengelolah sekolahnya, atau membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelolah proses belajar mengajar. Dijelaskan bahwa situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada keterampilan supervisor sebagai pemimpin.
B.     Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervisi dilakukan dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisor dalam melaksanakan tugasnya.[3]
1.      Tujuan umum supervisi pendidikan
a.       Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri
b.      Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia-manusia pembangunan yang dewasa dan pancasilais.
c.       Agar tercapai perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar pada khususnya.
2.      Tujuan khusus supervisi pendidikan
a.       .Membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan yang sebenarnya dari pendidikan dan perencanaan sekolah dalam usaha mencapai tujuannya.
b.      Membantu guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan memahami kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya.
c.       Memperbesar kesanggupan guru-guru untuk memperlengkapi dan mempersiapkan murid-muridnya menjadi anggota masyrakat yang efektif.
d.      Membantu guru-guru untuk dapat menilai aktivitas-aktivasnya dalam rangka tujuan perkembangan anak didiknya.
e.       Memperbesar kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang demokratis dan guru dapat mempelajari bersama catatan-catatan tentang kemajuan murid guna menilai keefektivan program yang disusun.
f.       Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam bidang profesi (keahlianya).
h.Membantu guru-guru untuk dapat lebih memamfaatkan pengalaman-pengalamannya sendiri.
g.      Membantu untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada masyarkat agar bertambah simpati dan kesedian masyarakat untuk menyokong sekolah.
h.      Memperkenalkan guru-guru atau karyawan baru kepada situasi sekolah profesinya.
i.        Melindungi guru-guru dan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan kritik-kritik yang tak sehat dari masyarakat.

C.    Fungsi dan Peranan Supervisi Pendidikan
Fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai layanan atau bantuan kepada guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar. Konsep supervisi sebenarnya diarahkan kepada pembinaan. Artinya kepala sekolah, guru dan para personel lainnya di sekolah diberi fasilitas untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Menurut Anwar dan Sagala Supervisor mempunyai fungsi-fungsi utama, antara lain:[4]
a.       Menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi.
b.      Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan kepada guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha mensurvai seluruh sistem yang ada.
c.       Memberikan solusi terhadap hasil inspeksi yang telah di survai
d.      Penilaian
e.       Latihan
f.       Pembinaan atau pengembangan.

Dilihat dari fungsi yang telah ada, tampak jelas peranan supervisi pendidikan. Peranan supervisi dapat dikemukakan oleh berbagai pendapat para ahli yang menyimpulkan tetang tugas dan fungsi supervisor:
a.       Koordinator, sebagai koordinator supervisor dapat mengkoordinasi program-program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru.
b.      Konsultan, sebagai konsultan supervisor dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual maupun secara kelompok.
c.       Pemimpin kelompok, supervisor dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru secara bersama-sama.
d.      Evaluator, supervisor dapat membantu guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan.

D.    Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Dalam menerapkan hubungan antar manusia itu tidak ada aturan yang pasti dan meyakinkan, sebab setiap manusia memiliki pribadi yang unik. Oleh karena itu kepribadian orang harus selalu dipertimbangkan dalam pengembangan hubungan kerja. Dengan memperhatikan keunikan itu, maka akan terlihat prinsip umum yang dipraktekkan sebagai supervisor yang berhasil. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:[5]
1.      Orang harus memahami dengan jelas apa yang diharapkan daripadanya. Misalnya ketika seseorang baru masuk kerja sebaiknya dia diberitahu untuk apa organisasi itu didirikan, bagaimana kerjanya, apa yang harus dikerjakan, riwayat organisasi, bagaimana sifat-sifat pekerjaannya, dan lain sebagainya.
2.      Orang harus mempunyai pedoman dalam menjalankan pekerjaannya. Pedoman tersebut meliputi 1) keterangan-keterangan yang ada sekarang (peraturan yang masih berlaku). Supervisor berkewajiban memberitahukan perkembangan-perkembangan baru secara keseluruhan kepada kelompoknya. Jika supervisor tidak memberikan informasi yang benar akan berakibat fatal pada organisasi. 2) Keterangan teknis dan keterangan khusus yang terbaik dan yang terakhir yang berhubungan dengan pekerjaannya. 3) Keterangan mengenai teknik-teknik atau metode-metode seperti cara mendengarkan, cara mengorganisasikan pekerjaan, cara merencanakan kegiatan dan memimpin rapat. 4) untuk memperbaiki kepribadian dengan menyadari bahwa setiap manusia punya kelemahan dan kelebihan.
3.      Pekerjaan yang baik hendaknya selalu diakui kebaikan. Cara yang biasa dilakukan antara lain, memberikan pengakuan kepada orang itu setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, memberikan hadiah uang tunai, memberikan hadiah kenaikan pangkat, dan lain sebagainya.
4.      Pekerjaan yang jelek perlu dikritik untuk membangun. Kritik yang dilakukan harus bersifat konstruktif, bukan menyalahkan akan tetapi berusaha mencari solusi untuk memperbaiki pekerjaan.

E.     Teknik Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan. Secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua[6]:
1.      Teknik Perseorangan
Yang dimaksud dengan Teknik Perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukakn antara lain:
a.      Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah sewaktu-waktu yang dilkukakn oleh supervisor untuk mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki
b.      Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri (intranschool visits) atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain (interschool visits).
c.       Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa
d.      Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan perlaksanaan kurikulum sekolah.
2.      Teknik Kelompok
Yang dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik-teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: Pertemuan Orientasi bagi Guru Baru, Panitia Penyelenggara, Rapat Guru, Studi Kelompok Antarguru, Diskusi Sebagai Sebuah Proses, Tukar Menukar Pengalaman (Sharing of Experience), Lokakarya (Workshop), Diskusi Panel, Seminar, Simposium, Demonstrasi Mengajar (Demonstrating Teaching), Perpustakaan Jabatan, Buletin Supervisi, Membaca langsung (Directed Reading), Mengikuti Kursus, Organisasi Jabatan (Professional Organizations), Labotarium Kurikulum (Curriculum Laboratory), Perjalanan Sekolah untuk anggota Staf.








BAB III
PENUTUP
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.
Supervisi pendidikan berfungsi untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang suatu situasi pendidikan,
Penilaian (evaluation) → lebih menekankan pada aspek daripada negative, Perbaikan (improvement) → dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya., Pembinaan → berupa bimbingan (guidance) kea rah pembinaan diri yang disupervisi.
Tujuan akhir dari supervisi pendidikan adalah meningkatkan professional guru dan karyawan sekolah guna menunjang akuntabilitas siswa dalam belajar, sehingga siswa benar-benar menjadi manusia yang berilmu, berbudi dan kreatif dalam segala hal sesuai dengan amanah UUD 45.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansyah, Asrori. Prinsip, Fungsi, dan Peran Supervisi Pendidikan. http://www.asrori. com/ 2011/04/prinsip-fungsi-dan-peran-supervisi.html, diakses pada tanggal 24 April 2012 pukul 00.08
Maunah, Binti. 2009. Supervisi Pendidikan Islam.  Yogyakarta: Sukses Offset
Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rahmawati, Ruzi. Tujuan dan Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan. http://ruzirahmawati. blogspot.com /2012/03/tujuan-dan-ruang-lingkup-supervisi.html, diakses pada tanggal 23 April 2012 pukul 22.56
Sahertian, Piet. A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Subari. 1994. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
S. Mochtar Husain dan Andi Nurochman. 2009. Administrasi dan Supervisi pendidikan.
Thohiron, Dion. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2269430-teknik-teknik-supervisi-pendidikan/, diakses pada tanggal 3 April 2012 pukul 20.00



[1] Subari, Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,1994, hlm 1
[2] S. Mochtar Husain dan Andi Nurochman, , Administrasi dan Supervisi pendidikan, 2009, hlm 5
[3] Ruzi Rahmawati, Tujuan dan Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan http://ruzirahmawati.blogspot.com /2012/03/tujuan-dan-ruang-lingkup-supervisi.html, diakses pada tanggal 23 April 2012 pukul 22.56
[4] Asrori Ardiyansyah, Prinsip, Fungsi, dan Peran Supervisi Pendidikan, http://www.asrori.com/ 2011/04/prinsip-fungsi-dan-peran-supervisi.html, diakses pada tanggal 24 April 2012 pukul 00.08
[5] Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Sukses Offset, 2009, halaman 52
[6] Dion Thohiron, Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan, http://id.shvoong.com/social-sciences/ education/2269430-teknik-teknik-supervisi-pendidikan/, diakses pada tanggal 3 April 2012 pukul 20.00